Banyak kisah yang sudah saya lalui saat mengajar, tetapi kisah yang satu ini rasanya ingin saya bagikan dari dulu. Kisah ini saya alami waktu awal-awal saya memutuskan untuk menjadi seorang guru yang sebenarnya melenceng dari ilmu yang saya pelajari saat kuliah.
Tahun ajaran 2015-2016 kisah ini terjadi saat saya baru bergabung di Sekolah Alam Gaharu, kebetulan saat itu saya juga bergabung menjadi pengajar Qiraati di Nun Learning Center- saudara tuanya Gaharu- yang menyebabkan saya tidak pulang ke rumah karena jarak yang cukup jauh, maka saya sering dititipi anak yang after school selepas guru after school pulang. Saat itu terdapat program after school yaitu program pasca sekolah bagi murid Gaharu yang belum bisa pulang ke rumah karena orangtua mereka pulang bekerja di sore atau malam hari.
Murid after school adalah anak-anak yang tangguh, mereka selalu riang gembira ada di sekolah bahkan hingga malam hari! Rafa Vikratama Albana, itulah namanya. Rafa adalah salah satu murid Gaharu yang mengikuti program after school, mengapa Rafa menjadi begitu istemewa? Rafa adalah murid after school yang hampir selalu pulang hingga malam! Tetapi tidak pernah melihat ataupun mendengar keluhan darinya.
Suatu hari Rafa dijemput telat, saat itu hujan deras, saya pun menemani Rafa menunggu orangtuanya menjemput, sambil menonton film kartun shark di laptop. Kemudian saya bertanya, apa pekerjaan orangtua Rafa, Rafa menceritakan bahwa ayah dan ibunya mengurus sebuah rumah makan di kawasan Batununggal, saat itu saya pikir Rafa tidak akan menjawab karena bete belum dijemput, tapi ternyata tidak, Rafa masih dapat bercerita dengan antusias.
Waktu Isya telah tiba, hujan masih deras dan belum ada tanda-tanda akan mereda dengan segera, Rafa masih dengan saya menonton kartun dan masih bercakap-cakap. Banyak kisah yang Rafa bagi. Mulai dari kisah bahwa dia senang bersekolah, kakanya yang sedang mondok di pesantren hingga ia bercerita bahwa setelah selesai TK/RA di Gaharu ia pun akan mondok di pesantren.
Cerita Rafa terhenti ketika suara klakson motor berbunyi, sontak Rafa langsung berdiri dari kursi dan berteriak “Ayaaaaaah”, saya pun refleks mengikuti. Saat itu Ayah dan Ibu Rafa datang dengan wajah yang sumringah walaupun basah karena hujan yang menderas.
Saat mendekat kepada orangtuanya, tidak ada unsur kemanjaan dalam diri Rafa, walaupun Rafa sempat melepaskan pertanyaan, “kenapa jemputnya telat?” orangtuanya pun menjelaskan bahwa karena hujan deras jalanan pun tergenang dan menyebabkan jalanan macet, Rafa menerima alasan tersebut dan tidak banyak mengeluh.
Hujan masih juga deras, tetapi Rafa harus tetap pulang, setelah Rafa memakai jas hujan mereka pun segera bergegas. Motor segera di gas, Rafa dan orangtuanya pun pergi dengan lekas.
Terlintas di benak, kenapa Rafa begitu tangguh, tak pernah mengeluh, tak protes dan walaupun hanya bertemu sebentar dengan orangtua, Rafa masih terlihat dekat dan akrab dengan orangtuanya.
Saya pun teringat dulu ketika akan mendaftarkan sekolah ayah. Rafa dan kakaknya yang juga alumni Gaharu terlihat sangat akrab dan santai, saat itu saya belum tahu ternyata Rafa dan orang tuanya punya sedikit waktu untuk bertemu.
Oh, mungkin inikah yang dinamakan kualitas bertemu? Bukan Seberapa sering dan lama kita bertemu dan berkumpul dengan keluarga, tapi ada kualitas yang membuat berbeda dan mengena sehingga kedekatan dan keterikatan sebagai keluarga terjalin. (-Rizal Hasrul Sidik)