Jadi setelah kemarin belajar makanan halal dan thoyyib terus lanjut cooking class, tertampar sekali ternyata apa-apa yang masuk ke dalam tubuh itu harus kita pertanggung jawabkan. Begitu sempurnanya Islam mengurus segala sesuatu, termasuk dalam hal makanan, Islam memberikan syarat bahwa makanan dalam Islam itu haruslah memenuhi dua syarat yaitu halal dan thoyyib. Seperti yang terdapat dalam (QS. Al-Baqarah: 168). "Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi."
Islam sebagai agama yang sempurna telah memberikan pedoman bagi umat manusia dalam berbagai sendi kehidupan. Mengetahui makanan halal dan thoyyib adalah mengetahui mana makanan yang boleh dimakan dan makanan yang tidak boleh dimakan.
Saat itu, teman-teman kecil sudah bersiap untuk snack time. Tiba-tiba seorang siswa bercerita. "Bu guru, aku makan mie nya sebulan dua kali" Saya pun menimpalinya, "Oh iya? Memangnya kapan saja? " "Kata bunda, aku mah makan mienya tanggal 6 sama 24".
Ada rasa syukur yang menyertai saat itu. Alhamdulillah, indah sekali ketika apa-apa yang kita berikan kepada siswa bisa sejalan dengan orang tua di rumah. Kemudian saat itu juga saya ceritakan bahwa di dalam mie ada beberapa bahan yang mengandung pengawet dan perisa. Pengawet dan perisa ini bisa mengakibatkan berbagai masalah dalam tubuh, itulah mengapa kita tidak boleh sering-sering makan mie. Tidak hanya mie, pengawet dan perisa juga didapat di berbagai makanan lain.
Sebenarnya penggunaan bahan pengawet dan perisa ini sudah mendapatkan izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), tetapi penggunaannya haruslah sesuai dengan dosis yang tepat. Permasalahan ini mungkin saja tidak begitu krusial jika dibandingkan dengan masalah-masalah lain yang biasa kita soroti di sekolah, bahkan kita cenderung abai karena yakin insyaAllah makanan yang dibawa teman-teman kecil sudah memenuhi standar dan sehat. Padahal jika kita lebih apik lagi, namanya anak-anak senang sekali dengan makanan kemasan yang instan apalagi jika packagingnya lucu. Atau pada kasus lain yang biasanya teman-teman kecil membawa snack dengan menu yang sama, mending kalau menu itu adalah menu sehat. Lagi-lagi yang dibawa adalah nugget, sosis, dsb. Mungkin sudah seharusnya kita lebih aware terhadap apa-apa yang masuk ke dalam tubuh, karena ternyata bukan hanya mengenai “kenyang dan sehat” saja, lebih dari itu ada hal-hal yang harus kita pertanggung jawabkan dihadapan Allah kelak.
Mengenai makan halal dan thoyyib, di Indonesia memang sudah terbantu dengan adanya label halal dari MUI, tapi untuk urusan thoyyib kita harus memilih dan selektif lagi apakah makanan ini baik untuk kesehatan, apakah makanan ini tidak akan menimbulkan sesuatu pada tubuh kita, Dan kembali lagi, apakah makanan ini akan mendapatkan keberkahan di sisi Alloh.