Sekolah Alam Gaharu dalam Jurnal Penelitian Ilmiah: Studi Kasus Tentang Pembelajaran Seni Rupa sebagai ruang kebebasan berekspresi anak
Dalam menghasilkan seni rupa terutama menggambar, menurut penelitian ini murid sekolah alam gaharu dalam pembelajarannya telah mengimplementasikan menggambar sebagai sarana untuk bebas berekpresi. Namun apakah yang dimaksud dengan bebas berekspresi? Apakah fasilitator hanya menginstruksikan untuk menggambar bebas? Menurut Tarjo (2004:134), metode bebas berekspresi dan menggambar bebas harus dibedakan. Untuk memaksimalkan kebebasan dalam berekspresi, guru perlu mengikuti tahapan berikut: 1. Menawarkan dan menetapkan beberapa pilihan tema sebagai stimulus bagi kreativitas siswa 2. Menawarkan pilihan media apa yang cocok untuk digunakan dalam menghasilkan kreasi, bisa jadi crayon, cat air, dan sebagainya. 3. Menjelaskan jenis kertas yang digunakan dan alasan mengapa memilih jenis kertas tersebut 4. Menjelaskan jenis gambar apa yang dibuat, apakah dalam bentuk sketsa atau lukisan. 5. Kegiatan bisa dilakukan di dalam atau di luar ruangan kelas dengan tetap diawasi fasilitator.
Sedangkan menggambar bebas berkarakteristik : 1. Guru memberi instruksi untuk menggambar bebas sesuai dengan yang anak inginkan dan tidak bertema 2. Guru tidak memberikan pengawasan ketika anak-anak menggambar. Guru hanya memberi instruksi menggambar bebas, gambar dikumpulkan dan dinilai. 3. Menggambar hanya dilakukan di dalam kelas. 4. Siswa hanya menggambar apa yang mereka biasa gambar sehingga terkesan monoton.
Selain itu, hal-hal yang harus diperhatikan dalam penerapan metode ekspresi bebas menurut Ganda (2011: 16-17) adalah: (1) tema, merupakan ekspresi yang akan disampaikan oleh siswa ketika mereka berkarya. Tema yang sesuai untuk siswa SD adalah tema yang berasal dari kehidupan mereka sendiri. (2) Media; adalah bahan dan alat yang dapat diperoleh siswa untuk mewujudkan bentuk-bentuk ekspresi yang diciptakan. (3) Gaya ekspresi, adalah guratan-guratan yang dibuat oleh siswa. Penerapan Metode Bebas Berekspresi sesuai dengan pernyataan Garha (1980: 60-72) bahwa kebebasan dalam metode ini tidak hanya menyangkut kebebasan dalam menentukan bentuk atau tema karya yang diciptakan, tetapi juga menyangkut pemilihan bahan atau alat dan cara menggunakannya.
Hasil dari penelitian kualitatif yang mana pengumpulan datanya berasal dari observasi dan wawancara di kelas MI 5, ditemukan fakta-fakta sebagai berikut mengenai pembelajaran seni sebagai media bebas berekspresi:
Guru mendampingi murid ketika berkegiatan. Sesuai dengan tahapan metode kebebasan berekspresi, peran guru disini hanya mengarahkan siswa untuk memilih tema yang sudah disediakan dan media yang akan digunakan. Dalam proses pencarian ide, guru biasanya melakukan kegiatan warming up yang biasanya dengan:
Metode bercerita dan mengobrol tentang kehidupan sehari-hari untuk menstimulasi mereka dalam menghasilkan karya seni. Selain itu, murid akan lebih tertarik jika guru menampilkan gambar, poto ataupun film.
Guru mengajak para siswa untuk meng’alam’i’ langsung, atau langsung bersentuhan dengan alam untuk mendapatkan objek real.
Guru memperagakan proses dalam menghasilkan karya seni.
Setelah mereka mendapat ide untuk berkarya, biasanya guru mendampingi prosesnya dan memuji hasil karya yang mereka.
Dari proses ini, guru sekolah alam gaharu sudah memenuhi perannya sebagai pendidik di sekolah yaitu: menjadi contoh, insipirator, motivator, dinamisator yang membantu murid mencapai tujuannya dan sebagai evaluator.
Kesempatan untuk berekspresi difasilitasi oleh guru di kelas
Guru sekolah alam gaharu merancang kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dengan menyiapkan berbagai media, bertanya dengan pertanyaan yang menantang keingintahuan mereka, dan menanyakan ide dan pendapat mereka. Sistem pembelajaran di SA Gaharu yang menjadikan alam sebagai objek belajar membuat pengetahuan didapat dari pengalaman nyata. Hal ini menjadi bekal untuk mereka mengembangkan kreativitas. Ada istilah yang disebut dengan “Little C”atau kreativitas dasar yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari dan menghasilkan kreasi yang baru untuk dirinya sendiri, belum untuk orang lain. Kreativitas ini menjadi dasar bagi pengembangan aspek pribadi lainnya. Pengembangan kreativitas anak usia dini dapat dilakukan melalui sesuatu yang nyata dan imajinasi.
Simpulannya, Sekolah Alam Gaharu telah mengimplementasikan experimental learning atau menjadikan pengalaman sebagai sarana belajar. Proses pengalaman ini hampir sama dengan kata peng’alam’an yang mana menjadikan alam sebagai objek belajar mereka dan menjadikan alam sebagai bagian dari pengalaman mereka. Melalui pembelajaran seni, siswa sekolah alam gaharu telah difasilitiasi untuk bebas berekspresi sesuai dengan syarat bebas berekspresi yang tetap memperhatikan pemilihan tema, kebebasan memilih media yang sesuai dan belajar yang tidak hanya disekati oleh dinding kelas.